Kamis, 22 Oktober 2009

Enembe Minta Semua Pasukan Ditarik dari Puncak Jaya

JAYAPURA-Munculnya kembali kasus penembakan dan penyerangan terhadap warga sipil di wilayah Tingginambut,

Kabupaten Puncak Jaya, Papua yang diduga dilakukan oleh kelompok TPN/OPM dan mengakibatkan seorang warga sipil bernama Thamrin (45) meninggal dunia, rupanya membuat gerah orang nomor satu di Kabupaten Puncak Jaya.Terkait hal ini, Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe,S.IP menegaskan, semua pasukan keamanan yang selama ini
bertugas di Kabupaten Puncak Jaya supaya ditarik dan meninggalkan daerah Puncak Jaya, sebab pihaknya menilai bahwa pihak keamanan baik TNI maupun Polri sudah tidak memberikan jaminan keamanan kepada rakyat dan pemerintah.

Pihaknya selaku pemerintah sangat menyayangkan peristiwa tersebut, karena yang menjadi korban adalah seorang pekerja yang tidak mengetahui apa-apa, bahkan hanya mencari nafkah kemudian berniat membantu proses pembangunan di Kabupaten Puncak Jaya. "Ya, pada dasarnya saya sangat menyesalkan adanya peristiwa ini, sebab yang menjadi korban adalah seorang pekerja yang tidak tahu apa-apa, tapi kemudian ditembak oleh orang tidak dikenal. Ini membuktikan bahwa sudah tidak ada lagi jaminan keamanan di Kabupaten Puncak Jaya, sehingga semua pasukan keamanan yang berada di Kabupaten Puncak Jaya supaya ditarik dan meninggalkan Puncak Jaya,"tegasnya saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui telepon selulernya, tadi malam.

Enembe mengungkapkan, dalam kasus ini sebaiknya tidak perlu langsung menuduh pelaku penembakan itu dari kelompok TPN/OPM yang selama ini ada di Puncak Jaya, sebab belum ada keterangan resmi dari pihak keamanan terutama dari kepolisian. "Setelah dilakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) mungkin kita baru bisa mengetahuinya," ujarnya.

Pihaknya menilai ada orang atau oknum tertentu yang ingin mengganggu stabilitas dan pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Puncak Jaya sehingga setiap pemerintah ingin melakukan pembangunan maka selalu ada hambatan yang luar biasa. "Jadi kira-kira kita mau pergi kemana meminta jaminan keamanan untuk membangun daerah Puncak Jaya dan itu menjadi pertanyaan besar tentang legalitas dan wewenang pengamanan daerah Puncak Jaya. Apakah TNI atau Polri, karena setiap kita membangun selalu ada hambatan yang sangat luar biasa," tandasnya.

Lebih jauh Enembe mengatakan, pemerintah dan rakyat Puncak Jaya sudah mengalami kesulitan tapi masih saja ada orang yang ingin menjatuhkan stabilitas pemerintah. "Kami sudah merasa jenuh dan bosan dengan skenario yang buruk dari oknum tertentu yang dilakukan selama ini. Untuk itu, kami berencana meminta supaya semua pasukan baik TNI maupun Polri yang bertugas di Kabupaten Puncak Jaya supaya ditarik, karena sudah tidak ada jaminan keamanan sehingga percuma saja bertugas di daerah tapi tidak bisa memberikan keselamatan," paparnya.

"Yang pemerintah harapkan sudah jelas, yaitu kita menginginkan kedamaian, sehingga semua pembangunan bisa berjalan dan rakyat tertolong dari semua kesusahan. Semua petugas kemanan baik TNI/Polri harus bertanggungjawab untuk menjaga keamanan, bukan menciptakan suatu masalah," tandasnya lagi.

Sementara itu, Kapolres Puncak Jaya, AKBP. B Chris Rihulay didampingi Wakapolres Puncak Jaya, Kompol Marselis S mengatakan, untuk mengungkap kasus ini, pihaknya saat ini tengah memeriksa 5 orang saksi dari jumlah keseluruhan sebanyak 7 orang saksi. Sedangkan 2 orang saksi lagi akan diperiksa kemudian.

Diungkapkan, dari 7 orang saksi itu, 4 orang saksi merupakan teman kerja korban Thamrin, sedangkan satu orang saksi merupakan masyarakat asli yang ikut bekerja pada saat peristiwa tersebut terjadi.

Sedangkan Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Drs. Agus Rianto mengatakan, aparat kepolisian kini tengah memburu para pelaku penembakan itu.

"Kami masih melakukan pengejaran terhadap pelaku penyerangan tersebut," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Kombes Pol Drs Agus Rianto ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos di Mapolda Papua, Rabu (21/10) kemarin.

"Kami masih mengumpulkan bukti-bukti pendukung untuk menindaklanjuti kasus penyerangan yang menewaskan 1 warga dan melukai seorang gembala gereja
di Puncak Jaya itu," katanya.

Usai penyerangan terhadap para pekerja proyek pembangunan jembatan Kali Kalome itu, pihaknya langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP)untuk mengumpulkan bukti-bukti guna proses penyelidikan lebih lanjut. Hanya saja, dalam olah TKP, pihaknya belum menemukan selongsong peluru yang diduga digunakan untuk menembak korban, sehingga belum bisa diperkirakan pelaku menggunakan jenis senjata apa. "Namun informasinya, pelaku menggunakan senjatanya panjang, tetapi belum tahu jenis senjatanya," ujarnya.

Sementara itu, setelah sempat disemayamkan di Rumah Sakit (RS) Mulia, Puncak Jaya, korban penembakan bernama Thamrin (45) warga Pati, Jawa Tengah, yang tewas di Jembatan Kali Kalome, Distrik Tingginambut Puncak Jaya, Selasa (20/10), akhirnya diterbangkan menuju kampung halamannya di Pati, Jawa Tengah, Rabu (21/10) sekitar pukul 16.00 WIT. Jenazah korban tiba di Bandara Sentani sekitar pukul 13.00 WIT menggunakan pesawat Susi Air dari Mulia, Puncak Jaya. Setelah tiba di Bandara Sentani, jasad korban langsung dimasukkan ke mobil jenazah. Selanjutnya, jasad korban dibawa ke kantor kesehatan pelabuhan udara di Kompleks Bandara Sentani untuk menunggu pesawat yang akan membawanya ke Pati via Surabaya.

Kakak Ipar korban yang juga saksi mata, Kusiyanto menuturkan, peristiwa penembakan itu terjadi saat dirinya bersama 9 orang pekerja jembatan di Kali Kalome sedang istirahat. Tiba-tiba, berondongan tembakan datang dari arah atas gunung.

"Pokoknya saat terdengar suara tembakan, semua pekerja langsung lari mengamankan diri ke arah Pos Satgas 756/WMS yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari lokasi pembangunan jembatan. Tapi, saat itu saya sempat mendengar korban berteriak suara aduh," tuturnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Dikatakan, karena terkena tembakan, sehingga dia tidak bisa berlari lagi untuk menyelamatkan diri. Selain menembak, dia menyakini kelompok tersebut juga turun ke lokasi pembangunan jembatan. Sebab, saat anggota TNI datang ke lokasi untuk menolong korban, di tubuhnya terdapat luka bekas bacokan parang, dan saat itu sudah
dalam kondisi tidak bernyawa.

Kusiyanto menambahkan, selain adik iparnya yang terkena tembakan, ada dua lagi pekerja juga terkena luka tembakan, namun hanya mengenai telinga dan tangan. Kedua pekerja tersebut, saat ini masih menjalani perawatan di RS Mulia. "Jadi saat kejadian, kita ada 10 orang, 5 orang pendatang dan 5 orang warga asli Mulia. 2 orang pekerja yang terkena tembakan ini semuanya merupakan warga Mulia. Saya tidak tahu, apakah pengerjaan jembatan itu berlanjut atau tidak," ujarnya yang mengaku masih shock atas kejadian yang muncul secara tiba-tiba tersebut.(nal/bat/mud/fud)

Sumber: Cenderawasih Pos
Share This
Subscribe Here

0 komentar:

Posting Komentar

Terimaksih atas komentar anda

 

Kekerasan Militer

Kekerasan Militer

Followers

Site Info

My Blog List

Ads Banner

Berita dari Papua Copyright © 2009 BeMagazine Blogger Template is Designed by Blogger Template
In Collaboration with fifa